BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 26 April 2011

:::Perjuangan menuju Deadline Tugas Akhir:::

Sebagian dari Anda mungkin berpendapat bahwa berada dalam tekanan (underpressure) sungguh tidak menyenangkan.
Menggelisahkan.....
Aktivitas yang semestinya berlangsung dengan baik – bila dilakukan pada kondisi normal – justru jauh dari perkiraan.

Pada masa-masa pengerjaan tugas akhir, mahasiswa terkadang dininabobokkan oleh waktu yang masih panjang beserta jadwal yang tidak terlalu padat. Lambat laun waktu berjalan, hingga tak sadar waktu yang disediakan segera berakhir. Mendekati deadline, seringkali rasio dan hati tak dapat bekerja optimal. Suatu aktivitas yang biasanya bisa dikerjakan dengan baik (bahkan nyaris sempurna) dalam waktu singkat ternyata baru bisa dinyatakan selesai setelah memakan waktu relatif lebih lama, pun dengan kualitas standar: sekedar menggugurkan kewajiban. Namun, dibalik arus utama yang menyatakan demikian, pada kondisi menjelang deadline justru hal luar biasa terjadi. Hal luar biasa? Ya, dengan percaya diri saya bisa mengatakan demikian.

Dalam keadaan tertekan (salah satunya dialami ketika menghadapi deadline), manusia secara tidak sadar mengeluarkan insting-naluri alamiahnya. Naluri untuk mempertahankan hidup (hal samai juga terjadi pada binatang) muncul dan mendominasi. Dalam konteks ini, niat untuk bertahan dan menyelesaikan pekerjaan apapun meningkat ke level tertinggi. Inner power – kekuatan internal dalam diri dengan kualitas/kuantitas maksimal, kekuatan yang biasanya tidak terlihat pada kondisi normal, akan muncul dengan sendirinya dan bisa jadi membuat yang bersangkutan takjub. Pada akhirnya lahir sebuah pernyataan dalam diri: ternyata saya bisa juga seperti ini, ya?

Nah, dibalik fenomena deadline ini, sebuah pertanyaan sederhana muncul dan menggelitik batin saya, apakah fenomena deadline ini merupakan anugerah atau (justru) musibah? Dan apakah kemampuan-performa terbaik hanya bisa muncul ketika berhadapan dengan deadline?

Well, apapun yang terjadi, the show must go on.

Masih ada kesempatan untuk............................

Berusaha Jadi yang TERBAIK. . .

Sabtu, 09 April 2011

::Mencoba menjadi abu2 diantara Idealis vs Realistis...?::

Suatu hal yang kita pikirkan seharusnya bisa ideal terkadang atau bahkan selalu akan terbentur dengan realitas yang kejam. Sehebat apapun kita memikirkan sebuah konsep yang ideal dan juga teknis yang jumawa untuk mewujudkannya tidak menjamin bahwa kondisi ideal akan tercapai. Akan banyak sekali faktor yang turut menentukan realitas yang terjadi.

. . .ketika masih kuliah bertindaklah seidealisme mungkin, ketika lulus nanti bertindaklah serealistis mungkin. . .

Hal ini membuat saya bertanya-tanya. buat apa kita memikirkan hal yang ideal toh pada akhirnya hal tersebut harus kalah oleh realita yang kejam. Pada akhirnya orang-orang yang menjaga idealisme lah yang nantinya akan terpinggirkan dan tergerus oleh realitas dan akhirnya mereka akan mengikuti kemauan umum. Buat apa kita memikirkan hal ideal toh pada akhirnya hal tersebut hanya menjadi angan-angan belaka tanpa mampu dipraksiskan menjadi realita.

Apabila hal yang ideal itu mustahil untuk dicapai buat apa kita susah payah memperjuangkannya. Pada akhirnya justru orang-orang yang menyuarakan kesempurnaan idealisme yang termarjinalkan, dianggap “ngga realistis” dan orang-orang mungkin memngganggap dia sebagai pahlawan nanmun tidak tergerak untuk melakukan hal yang sama dan hanya “memuja” tindakannya bak berhala yang dijadikan tumpuan harapan untuk melakukan perubahan bagi lingkungannya yang notabenenya lingkungan orang-orang realistis juga.

Kita perlu untuk mengetahui, menyadari dan memperjuangkan idealisme. Karena idealisme tersebutlah yang akan mendefinisikan kita. Yang menentukan kebenaran yang kita pegang yang kita jadikan dasar untuk mempraksiskannya menjadi realitas namun kita tidak harus menjadi orang yang tidak realistis selalu memaksakan idealisme kita. Karena pada praksisnya kita tidak bisa memaksakan idelaisme kita. kita hanya dapat berusaha dan terus berusaha untuk mewujudkan apa yang kita anggap benar namun ketika kita terbentur dengan realitas yang ada kita harus mampu menjadikannya sebuah permbelajaran dan tetap mengetahui apa yang benar dan apa yang salah. Itulah mengapa kita perlu memiliki idealisme, Kita perlu idealisme dalam diri kita untuk menginterpretasi realitas dalam lingkup benar dan salah baik dan buruk.

Idealisme lah cermin terakhir dalam jiwa kita tentang benar dan salah. dan itu menjadi penting sekalipun nantinya kita akan terbawa arus realitas yang kejam.

Di dunia ini tidak hanya ada benar dan salah, hitam dan putih. Ada area abu-abu disana dan kebanyakan daripada kita berkecimpung didalamnya. Jadikan hati kita menjadi filter yang mampu melihat mana hitam dan mana yang putih dari abu-abu tersebut.